Tuesday, July 9, 2013

Indonesia Tak Punya Aktor Laga ?

Film laga memang menghadirkan ketegangan dan aksi yang memukau, dari mulai penampilan sang bintang, hingga jurus yang dipakai dalam 'scene' perkelahian. Hollywood memiliki segudang aktor laga, dari mulai Chuck Norris dengan karatenya, Bruce Lee yang membawa Jeet Kun Do, Silverster Stalone yang terkenal dengan tinjunya (Rocky), hingga Steven Seagal dengan Aikidonya. Di Hongkong dan China ada Jet Lee, Jacky Chan, hingga Donnie Yen, yang dengan bangga mengangkat seni beladiri tradisionalnya, Kung Fu. Lalu bagaimanakah dengan Indonesia ?

Pencak Silat sebagai seni beladiri tradisional yang kaya akan jurus dan filosofi harusnya mampu memberikan inspirasi dalam membuat cerita dan skenario, hingga nantinya melahirkan aktor laga yang benar-benar menjiwai pencak silat. Di era 70 dan 80an ada Ratno Timur (Si Buta Dari Goa Hantu), Dicky Zulkarnain (Si Pitung), Advent Bangun dan Barry Prima, hingga George Rudy. Akan tetapi mereka seperti menghilang, jika dibandingkan dengan Silverster Stalone, Jet Lee, Arnold Schwarzenegger, yang masih eksis dengan "The Expendable" nya. Konsistensilah yang mampu mengantarkan mereka bertahan dan melegenda, jika dibandingkan dengan aktor laga Indonesia yang pada akhrinya menyerah dengan keadaan hingga beralih ke "lahan yang lain".

Namun, faktor terbesar ada pada industri film itu sendiri, dimana Hollywood memang jauh lebih mapan dan memiliki grand desain dalam membuat sebuah film. Seorang sineas dan produser pernah berkata, "Disini kami punya peralatan yang paling canggih, dan puluhan aktor yang siap di casting. Tapi kami belum memiliki cerita dan skenario yang berkualitas." Cerita dan skenario merupakan kerangka dalam membangun sebuah karya, dan yang terjadi di Indonesia adalah, pihak industri film masih enggan untuk "membayar mahal" sebuah kerangka film laga, dan lebih memilih untuk memproduksi film horor berbumbu esek-esek. Sebenarnya tidak masalah dengan horornya selama itu berkualitas. Ditambah dengan kurang antusias pemerintah dalam mengembangkan dan mempromosikan pencak silat melalui film laga, sehingga berdampak rapuhnya para aktor laga di Indonesia.

Bersyukur masih ada "Merantau" dengan Iko Uwais sebagai aktor laganya, yang mulai membangkitkan gairah pecinta film laga, dan disusul dengan The raid yang menjadikan nama Iko Uwais bersama dengan "Mad Dog" Yayan mampu membawa nama Indonesia hingga California. Pencak Silat sesungguhnya dapat menghentak jagad film dunia dengan keindahan gerak dan filosofinya yang kemudian mampu menyeret sang bintang. Dan berbondong-bondong, mereka akan mencari tahu dimana mereka bisa belajar silat.

Sumber : www.muvila.com

No comments:

Post a Comment