Thursday, November 21, 2013
JiFFest 2013 Munculkan The Raid 2 Berandal dan Killers
JiFFest 2013 munculkan The Raid 2 Berandal dan Killers untuk membeberkan informasi dan cerita syuting menarik dalam film tersebut.
JiFFest 2013 hadirkan film action The Raid 2: Berandal bakal lebih menegangkan dan membuat para penonton sering menahan nafas daripada ketika menonton The Raid. Iko Uwais, pemeran tokoh Rama dalam film yang masih digarap sutradara Gareth Evans ini, menjanjikan munculnya sensasi itu dalam acara Indonesia Filmmakers Gathering saat JiFFest (Jakarta International Film Festival) di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia pada 17 November lalu.
"(Tegangnya) sekitar 10 sampai 15 kali lebih dari The Raid," ucap Iko.
Aktor sekaligus mantan atlet pencak silat ini tak sembarang mengumbar janji. Sebab, dia dan Yayan Ruhiyan, pemeran Mad Dog dalam The Raid sekaligus rekan sesama koreografer pertarungan, telah menghabiskan waktu selama tiga tahun demi menciptakan seluruh gerakan bela diri dalam The Raid 2: Berandal.
KOREOGRAFI PERTARUNGAN YANG FRESH
Mereka memang ditugasi oleh Gareth untuk membuat koreografi pertarungan yang benar-benar berbeda dari The Raid dan Merantau--film pertama Gareth yang juga dibintangi Iko dan Yayan. "Gareth ingin adegan perkelahian dan bela diri dalam The Raid 2 lebih fresh dan menantang," ujar Yayan.
Rentang tiga tahun pembuatan koreografi ini pun punya cerita tersendiri. Rangga Maya Barack-Evans, Direktur PT Merantau Films, menuturkan bahwa rencana memfilmkan The Raid 2: Berandal sebetulnya lebih dulu muncul sebelum membuat The Raid yang rilis pada tahun 2011. Namun niat itu diurungkan akibat banyak adegan The Raid 2: Berandal yang berlokasi di luar ruangan dan tingkat kesulitan teknis syuting yang tinggi.
"Apalagi ada adegan car chase yang panjang dan membutuhkan para stunt yang berpengalaman. Jadi tak mudah, sehingga pihak Merantau Films memutuskan untuk bikin The Raid dulu yang nyaris seluruhnya syuting di dalam ruangan. Kenapa tidak juga kami bikin The Raid jadi franchise. Sambil Iko dan Yayan tetap membuat koregrafi pertarungan untuk The Raid 2. Makanya sampai tiga tahun," papar Maya.
Keseriusan Iko dan Yayan dalam menciptakan gerakan bela diri untuk The Raid 2: Berandal memang tak main-main. Buktinya, ada sebuah adegan pertarungan panjang dalam film laga itu yang koreografi bela dirinya dibikin sampai makan waktu enam bulan. Demi memperlihatkan perkelahian yang nyata dalam film, mereka sampai mengajak para petarung dan atlet dari berbagai jenis bela diri untuk bermain dalam The Raid 2.
"Kami bangga karena kawan-kawan datang dari berbagai bela diri yang ada di Indonesia. Malahan ada yang dari pelatnas cabang bela diri," ungkap Yayan.
KENA PUKUL, MINTA MAAF
Max Metino adalah salah satu atlet yang bermain dalam The Raid 2: Berandal.Petarung ini datang dari dunia Mix Martial Art (MMA) Indonesia. Pria yang jago bela diri Aikido, Kungfu, Taekwondo dan Brazilian Jiujutsu ini juga baru saja mewakili Indonesia dalam kejuaraan ONE Fighting Championship (ONE FC) pada September lalu. Tak heran Iko dan Yayan mengaku berbangga hati bisa bekerja bareng Max.
Dengan jajaran pemain yang dipenuhi para petarung profesional, Iko dan Yayan meminta mereka tetap bisa tahan kena pukulan pada tubuhnya ketika latihan dan syuting. Tapi, bukan berarti koreografi perkelahian bikinan Iko dan Yayan membuat para pemain bisa seenaknya dipukul, terutama pada bagian wajah.
"Kecuali kena pukul di wajah tanpa disengaja. Pada kenyataannya memang seringan tidak sengajanya. Kalau sudah begitu, cukup minta maaf saja hehehe," ungkap Yayan.
Cerita soal proses syuting The Raid 2: Berandal memang sengaja diungkap dalam acara Indonesia Filmmakers Gathering yang diadakan JiFFest dan Muvila.com ini. Acara yang didukung oleh MPA (Motion Picture Association) dan mengundang IMPAS ini dihelat dengan harapan bisa saling menginspirasi sesama para pembuat film. Dengan adanya pertukaran informasi dan pengetahuan itu, jaringan dan kolaborasi kreatif diharapkan bisa terbentuk.
SEHABIS RUMAH DARA, LALU BANGKRUT
Bukan cuma The Raid 2: Berandal, duet dua sutradara film, Mo Brothers (Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto), juga naik panggung Galeri Indonesia Kaya untuk membeberkan proses produksi dan kisah seru di balik syuting film Killers. Bermula dari komitmen untuk menjajal berbagai genre film setelah mengerjakan film fiksi panjang pertama mereka, Rumah Dara, tapi Killers yang bergenre thriller psikologis ini rupanya melalui jalan berliku sebelum akhirnya jalani syuting.
"Setelah habis-habisan di Rumah Dara, kami sebenarnya bangkrut. Makanya kami bingung mencari modal untuk bikin Killers," ujar Timo, setengah bercanda.
Kemudian datanglah tawaran kerjasama dari Nikkatsu yang memang sedang mencari partner untuk memproduksi proyek film terbarunya. Studio film legendaris dan salah satu yang tertua di Jepang itu mulanya menawarkan materi cerita tentang badut pembunuh. Namun setelah dipikir-pikir oleh Mo Brothers, ide cerita seperti itu sudah lazim ditemui. Mereka lalu mengajukan cerita Killers.
Pihak Nikkatsu pun tertarik asalkan Killers ikut melibatkan aktor-aktris Jepang dan syuting di negeri matahari terbit itu. Dua sineas ini lalu merombak dan menyesuaikan ceritanya. Killers bertutur tentang Nomura, sang pengusaha muda sukses di Tokyo, yang ternyata menyimpan sisi gelap sebagai seorang pembunuh berdarah dingin. Ia gemar menyebarkan rekaman video aksi pembunuhannya via internet.
Di Indonesia, Bayu secara tak sengaja melihat video Nomura, dan sejak itu ia seakan-akan baru menemukan sisi lain dirinya. Bayu dan Nomura pun menjalin kontak lewat internet. Lama-kelamaan ikatan antara mereka semakin rumit. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk saling bertemu. Di sisi lain, karier Bayu sebagai jurnalis sedang di ujung tanduk.
IZIN DARI YAKUZA
Dengan materi cerita seperti itu dan anggaran produksi yang sudah diajukan Mo Brothers, rupanya Nikkatsu tak kunjung memberikan keputusan. Sampai-sampai, Kimo dan Timo sempat patah arang dan berpikir untuk melepas saja proyek Killers.
Namun Nikkatsu kemudian menyetujui anggaran produksi Killers, yang pembiayaannya dibagi dengan perusahaan produksi dari Indonesia, seperti Guerilla Merah Films dan Merantau Films. Aktor terkenal Jepang, Kazuki Kitamura, yang kadung jatuh cinta pada skenario Killers pun berperan besar untuk membuat Nikkatsu menggolkan proyek film ini.
"Di Jepang, aktor-aktris itu memang punya pengaruh besar dalam sebuah produksi film," ungkap Timo.
Akan tetapi, kendala lain muncul dalam hal mencari lokasi syuting di tengah kota Tokyo. Ternyata sangat sulit untuk bisa syuting di ibukota Jepang itu. "Yakuza. Mereka rupanya berpengaruh besar. Susah dapat izin dari mereka, walau kita sudah dapat izin dari pemerintah setempat," ungkap Kimo. Pada akhirnya syuting Killers rampung pada Oktober tahun lalu, dan dijadwalkan rilis di bioskop pada Februari 2014.
Di ujung acara Indonesia Filmmaker Gathering, Mo Brothers, Rangga Maya Barack-Evans, Iko Uwais, Yayan Ruhiyan serta beberapa aktor The Raid 2; Berandal dan Killers seperti Arifin Putra dan Oka Antara mendapat tepuk tangan hangat dari ratusan pembuat film yang memenuhi Galeri Indonesia Kaya.
Sumber : www.muvila.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment